Role: Pesawat Transport/Pesawat Patroli Maritim
Manufacturer: EADS CASA dan PT DI (untuk wilayah Asia Pasifik)
Penerbangan Pertama: 28 November 1997
Dikenalkan: 2001
Status: Aktif
Pemakai Primer: AU Spanyol, Brazil, Polandia dan Portugis
Jumlah: 85
Dikembangkan dari: CN-235
EADS CASA C-295 adalah pesawat transport militer taktis bermesin turboprop kembar yang diproduksi oleh Airbus Military di Spanyol. C-295 dikembangkan dari pesawat CN-235 yang sudah teruji. Pesawat ini mempunyai badan pesawat yang lebih besar dan mesin baru (2xturboprop PW127G) yang meningkatkan jarak operasional dan payload dibandingkan dengan pesawat taktis CN-235. Pesawat ini dapat melakukan misi taktis dan transpor pendukung logistik, airdrop, evakuasi medis, patroli maritim dan misi kemanusiaan.
Pesawat C-295 operasional pertama dikirimkan ke AU Spanyol pada 2001. Hingga sekarang, Spanyol, Polandia, Brazil, Swiss, Yordania dan UAE telah memesan pesawat C-295. Pesawat transpor C-295 yang berukuran-kecil akan menjadi pelengkap pesawat transport C-130 berukuran-medium.
Empat pesawat C-295 yang dipesan oleh UAE akan melakukan misi patroli maritim. Pada akhir April 2005, EADS CASA dan pemerintah Brazil menandatangani pesanan pembelian untuk 12 C-295 senilai 238 juta Euro untuk menggantikan armada C-115 Buffalo Brazil dan sebagai back-up armada C-130 Hercules yang dioperasikan oleh AU Brazil. C-295 diproduksi untuk Brazil di bawah program CL-X dengan pengiriman pesawat pertama pada 23 Oktober 2006.
Pada 4 Mei 2006, AU Finlandia mengumumkan keputusan dipilihnya C-295 sebagai pesawat transport taktis generasi barunya. Kebutuhan awal Finlandia adalah dua C-295 ditambah kemungkinan penambahan lima unit lagi untuk menggantikan armada Fokker 27 milik mereka.
Pada 18 Oktober 2007, AL Chili membeli 3 pesawat survey maritim C-295 dengan opsi tambahan 5 unit lagi. Pesawat ini akan digunakan untuk melakukan survey area maritim nasional dan untuk penjaga keselamatan manusia di lautan.
13 Mei 2009, Republik Ceko memesan empat pesawat transport militer C-295 dari Airbus Military. Pengirimannya diharapkan mulai dilakukan pada akhir 2009 dan selesai sebelum akhir 2010.
29 Oktober 2010, AU Mesir memesan 3 pesawat C-295 dengan pengiriman paling lambat pada tahun 2011
Pada 4 Agustus 2011, Ghana memesan 2 pesawat transport taktis C-295 dengan pengiriman paling lambat awal 2012.
Pada 26 Oktober 2011, PT Dirgantara Indonesia (DI) menandatangani kerja sama dengan Airbus Military Industry (AMI) untuk memproduksi pesawat CN-295, di kompleks PTDI, Bandung. Penandatanganan nota kesepahaman yang disaksikan Presiden Yudhoyono adalah kerja sama produksi, operasional, dan pemasaran antara PT DI dan Airbus Military. PT DI menjadi satu-satunya produsen sekaligus agen tunggal pemasaran pesawat CN-295 di kawasan Asia Pasifik. Pemerintah Indonesia telah mengalokasikan $325 juta untuk pengadaan pesawat transport bagi TNI Angkatan Udara dengan pilihan CN-295. Diharapkan, pada semester I tahun 2014, akan selesai paling sedikit sembilan buah CN-295.
Desain dan Pengembangan
C-295 adalah pengembangan lebih lanjut dari pesawat Spanyol-Indonesia CASA CN-235 yang sukses secara komersial dengan badan pesawat yang lebih le bar, payload dengan kapasitas 50% lebih banyak dan mesin turboprop baru PW127G. C-295 melakukan penerbangan pertama pada 1998. Pesanan pertama datang dari AU Spanyol.
Pesawat diproduksi dan dirakit di fasilitas Airbus Military, di Bandara Udara San Pablo, Sevilla, Spanyol. Khusu untuk wilayah Asia Pasifik, PT DI akan memproduksi dan merakitnya di kompleks PT DI, Bandung, Indonesia
Sebagai pesawat transport taktis, C-295 menawarkan manuverabilitas tinggi dan kualitas tinggi untuk penerbangan altitude rendah. Sebagai tambahan, pesawat ini telah teruji dalam berbagai macam deployment seperti peluncuran rakit SAR, peralatan darurat dan parasut.
C-295 melepas Flare (foto: www.airbusmilitary.com)
Underwing station milik C-295 (foto: www.airbusmilitary.com)
C-295 memiliki hingga enam underwing store stations untuk pemasangan torpedo, misil anti-permukaan, ranjau, depth charges, pod pengintaian/jamming dan search lights.
Pesawat Patroli Maritim C-295 termasuk Fully Integrated Tactical System (FITS) milik Airbus Military untuk kontrol misi yang mengintegrasi berbagai macam sensor dan menenyediakan interface dengan sistem navigasi dan komunikasi taktis.
Versi ASW dari FITS telah menyelesaikan evaluasi operasional ekstensif, termasuk berpatisipasi dalam misi anti-submarine dan anti-surface (ASW/ASuW) pada latihan NATO, membuktikan maturitas dan kapasitas sistem misi MPA/ASW milik C-295.
Dengan selesainya sistem misi (mission system), C-295 dapat melakukan berbagai variasi misi survey:
- Anti-submarine Warfare (ASW)
- Anti-surface Warfare (ASuW)
- Signals intelligence (SIGINT)
- Imagery intelligence (IMINT)
- Survey di ZEE, lalu lintas maritim dan imigrasi ilegal.
- Penegakan hukum di lautan
- Search and rescue (SAR)
Meningkatnya permintaan para operator akan common platform (commonalitas) yang dapat dipakai untuk berbagai versi, disebabkan pentingnya keuntungan dan penghematan. Keuntungannya adalah spare part dan peralatan support darat (ground support equipment (GSE) yang sama, awak dan personel perawatan dapat dipakai bersama, pelatihan yang sama dll.
AU Portugal memilih C-295 sebagai common platform untuk memperbarui pesawat transport dan surveynya. Total 12 C-295 dioperasikan untuk melakukan misi transport militer, survey maritim, SAR, kontrol polusi maritim, dan fotografi udara. Hal ini membuktikan kemampuan dan versatilitas C-295.
Ramp belakang milik C-295 dapat mengangkut palet 2,24 x 2,74m, dan juga beban lain tanpa harus melepas konsol-konsol operator. Hal ini memfasilitasi support untuk unit lain, dan pengangkutan spare part dan peralatan darat untuk deployment C-295.
Palletised Mission System (foto: www.airbusmilitary.com)
Alternatif lain adalah dengan penggunaan palletised mission systems, seperti pada pesawat C-235 milik penjaga pantai AS dan C-295 milik AU Portugal. Solusi ini meningkatkan fleksibilitas operasional armada pesawat C-295.
Sejarah Operasional
C-295 saat ini sudah beroperasi dengan Angkatan Bersenjata dari 11 Negara. Pada 4 Agustus 2011, 85 C-295 sudah dikontrak, 75 diantaranya aktif, dan 1 unit hilang dalam kecelakaan.
C-295 menjadi kandidat untuk Joint Cargo Aircraft (JCA) AB AS/AU AS yang akhirnya dimenangkan oleh L-3 Communications/Alenia team pada 13 Juni 2007. C-295 dianggap mempunyai resiko yang lebih tinggi oleh AB AS, karena pemakaian mode operasional baru yang harus memenuhi kebutuhan altitude dan jarak jangkau.
C-295 juga merupakan kandidat untuk mengantikan armada DHC-5 Buffalo milik AB Kanada dan Antonov An-32 milik AU Peru.
Bersama C-27J Spartan, pesawat ini menjadi kandidat untuk menggantikan armada Fokker F27 milik TNI AU. Yang akhirnya pada 26 Oktober 2011 perjanjian pembelian sebanyak 9 pesawat ditandatangani oleh kedua belah pihak. Untuk produksinya sendiri akan dilaksanakan oleh PT DI di Bandung.
Kecelakaan
Mirosławiec air accident: pada 23 Januari 2008, sebuah pesawat C-295 milik AU Polandia terbang dari Warsawa melalui Powidz dan Krzesiny ke Miroslawiec, mengalami kecelakaan selama mendekati 12th Air Base di dekat Miroslawiec. Seluruh awak dan penumpang sebanyak 20 orang dinyatakan tewas. Setelah kecelakaan seluruh pesawat C-295 milik AU Polandia dilarang terbang (grounded). Menteri Pertahanan Polandia, Bogdan Klich, memecat lima personel AU setelah investigasi kecelakaan, yang menyimpulkan adanya beberapa kesalahan yang menyebabkan kecelakaan tersebut.
Setelah investigasi, penyebab utama kecelakaan adalah hilangnya kewaspadaan spatial dan situasional awak pesawat secara tidak sengaja selama proses pendaratan dengan kondisi cuaca buruk, dengan awan rendah dan visibilitas rendah. Beberapa penyebab sekunder juga ditemukan selama investigasi, termasuk kurangnya skil kontroler lalu lintas udara dan kesalahan dalam mengarahkan dan mengatur pendaratan.
Varian
AEW&C (foto: www.aviationnews.eu)
C-295MPA/Persuader – versi patroli maritim dan anti-submarine warfare. Memiliki hingga 6 hardpoint.
AEW&C – Prototype versi airborne early warning and control dengan radar dome 360 derajat. Radar AESA dikembangkan oleh IAI dan memiliki sistem IFF terintergasi.
Operator
Algeria – memiliki enam C-295 untuk transport dan patroli militer
Brazil – memiliki 12 pesawat, dan diberi nama sebagai C-105A Amazonas, untuk menggantikan DHC-5/C-115 Buffalo.
Chili – membeli 3 C-295 MPA untuk menggantikan P-3ACH Orion. Chili memiliki opsi untuk menambah 5 pesawat lagi untuk menggantikan armada yang berisi 8 EMB-111 Bandeirante dan 3 C-212A.
Kolombia – memesan 4 C-295, pengiriman terakhir telah dilakukan pada April 2009
Republik Ceko – memesan 4 C-295M untuk menggantikan Antonov An-26. Pengiriman terakhir dilakukan pada akhir 2010.
Mesir – memesan 3 pesawat untuk transport taktis dan logistik, pengirimannya dimulai pada 2011.
Finlandia mengoperasikan 2 C-295M dan telah memesan tambahan satu pesawat (pesawat ini akan dilengkai dengan sistem ESM/ELINT yang didesain oleh Lockheed Martin, pengirimannya dilakukan pada 2013. Finlandia memiliki opsi untuk penambahan 4 pesawat lagi.
Ghana – memesan 2 C-295 dengan pengiriman yang akan dimulai pada 2012 untuk menggantikan Fokker F-27.
Indonesia – telah memesain 9 pesawat untuk transport taktis dan logistik. Produksi dan perakitannya akan dilakukan di PT Dirgantara Indonesia, perusahaan yang sama yang telah membuat CN-235
Yordania – memiliki 2 pesawat
Meksiko – AL Meksiko mengoperasikan 2 C-295. Dua selanjutnya dikirim pada akhir 2010. AU Meksiko telah membeli 5 pesawat. Dua pesawat pertama dikirim pada musim panas 2010.
Polandia – memiliki 12 pesawat untuk menggantikan Antonov An-26. Satu di antaranya mengalami kecelakaan pada 23 januari 2008. 11 di antaranya masih beroperasi di Kraków-Balice Air Base.
Portugal – memiliki 12 C-295, termasuk 5 C-295MPA Persuader untuk menggantikan C-212 Aviocar.
Spanyol – memiliki 13 pesawat (diberi nama T.21)
Spesifikasi (C-295M)
Karakteristik Umum
Awak: dua
Kapasitas: 71 pasukan
Payload: 9.250 kg
Panjang: 24,5 m
Bentang Sayap: 25,81m
Tinggi: 8,60m
Wing area: 59 m²
Berat Maksimal Lepas Landas: 23.200 kg
Mesin: 2 mesin Pratt & Whitney Canada PW127G Hamilton Standard 586-F (berbilah enam), masing-masing menghasilkan 1.927 kW (2,645 tenaga kuda)
Biaya Program: US $1,2 Miliar
Harga per-unit: US $22 juta
Performa
Kecepatan Maksimum: 576 km/jam (311 knot)
Kecepatan Jelajah (Cruise Speed): 480 km/jam (260 knot)
Jarak Operasional: 4.300 km
Jarak dengan payload Penuh: 1.333 km
Jarak Ferry: 5.220 km
Ketinggian Maksimal: 7.620 m
Jarak Lepas Landas (take-off run): 670 m
Jarak Pendaratan (landing run): 320 m
Sumber:
en.wikipedia.org
www.airbusmilitary.com
www.deagel.com
www.antaranews.com
nasional.kontan.co.id
www.fajar.co.id
Karakteristik Umum
Awak: dua
Kapasitas: 71 pasukan
Payload: 9.250 kg
Panjang: 24,5 m
Bentang Sayap: 25,81m
Tinggi: 8,60m
Wing area: 59 m²
Berat Maksimal Lepas Landas: 23.200 kg
Mesin: 2 mesin Pratt & Whitney Canada PW127G Hamilton Standard 586-F (berbilah enam), masing-masing menghasilkan 1.927 kW (2,645 tenaga kuda)
Biaya Program: US $1,2 Miliar
Harga per-unit: US $22 juta
Performa
Kecepatan Maksimum: 576 km/jam (311 knot)
Kecepatan Jelajah (Cruise Speed): 480 km/jam (260 knot)
Jarak Operasional: 4.300 km
Jarak dengan payload Penuh: 1.333 km
Jarak Ferry: 5.220 km
Ketinggian Maksimal: 7.620 m
Jarak Lepas Landas (take-off run): 670 m
Jarak Pendaratan (landing run): 320 m
Sumber:
en.wikipedia.org
www.airbusmilitary.com
www.deagel.com
www.antaranews.com
nasional.kontan.co.id
www.fajar.co.id
0 komentar:
Posting Komentar